CIAMIS — Kabupaten Ciamis berada diurutan tingkat kematian tertinggi ke 3 di Jawa Barat, setelah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Tanggerang.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja dalam laporannya, pada pelaksanaan kegiatan rapat Rapat Komite Percepatan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah tingkat Jawa Barat (Jabar) secara virtual yang diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis di ruang ULP Sekretariat Daerah (Setda) Ciamis, Senin (12/07/2021).
“Berdasarkan data terdapat 3 Kabupaten Kota dengan tingkat kematian tertinggi di Jabar, yakni pertama Kabupaten Tasikmalaya 3,44%, Kabupaten Karawang 3,22% dan kabupaten Ciamis 3,12%,” jelasnya.
Setiawan mengatakan, dari periode tanggal 11 Juli 2021 tingkat kasus aktif Covid-19 di Jawa Barat naik 3,55%, begitu juga dengan tingkat kematian naik 0,04% dari minggu sebelumnya.
“Ada 15 Kabupaten/Kota yang berada di Zona resiko tinggi saat ini, bertambah 4 Kab/Kota dari minggu sebelumnya yaitu Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi dan Kota Tasikmalaya,” paparnya.
Adapun persentase perubahan tingkat mobilitas selama PPKM Darurat di Jawa Barat, berkurang sebanyak -15,4% dengan target yang harus dicapai yaitu sebanyak -30%.
Terkait penanganan ketersediaan Oksigen, terang Setiawan, Pemprov Jabar telah membuat strategi seperti pengadaan tabung gas baru untuk medis, penjajagan produsen ke luar Jabar dan meningkatkan produksi oksigen sampai 3 kali lipat.
“Total kebutuhan oksigen per 20 Juli 2021 oksigen rumah sakit dan masyarakat di Jabar adalah sebanyak 570,6 ton per hari,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghimbau kepada Bupati dan Walikota agar terus meningkatkan PPKM darurat di daerahnya masing- masing, agar menghasilkan indikator yang baik untuk Jawa Barat.
Ia menjelaskan, bahwa teori turunya mobilitas adalah sama dengan turunya kasus aktif dan turunya mobilitas sama dengan turunya ketersediaan Rumah Sakit.
“Selagi mobilitas ini belum bisa dikurangi maka kita akan berpanjang panjang melaksanakan kedaruratan yang lahir batin sangat tidak nyaman,” tutur Emil.