SEVENTCYBER.COM, TASIKMALAYA – Aksi unjuk rasa (Unras) massa ormas GMBI di depan Polda Jabar berujung anarkis. Jajaran personil Polda pun bertindak tegas dengan mengamankan ratusan anggota ormas tersebut untuk dilakukan pendataan dan test urine.
Masa menggelar aksinya ke Polda Jabar itu, berkaitan dengan penanganan kasus bentrok ormas di Karawang beberapa waktu lalu.
Pada aksinya tersebut, nama mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr. H. Anton Charliyan, MPKN mencuat, dan disebut-sebut masih menjabat sebagai pembina Ormas GMBI.
Anton Charliyan menegaskan, bahwa dirinya sudah sejak lama bukan lagi sebagai pembina ormas tersebut.
Hal ini disampaikan mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan saat menggelar Konferensi Pers di kediamannya Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya Jabar, Jum’at (28/01/2022). Guna meluruskan perihal posisinya di Ormas GMBI.
Abah Anton – sapaan Anton Charliyan itu mengakui, bahwa dirinya memang pernah menjadi Ketua Dewan Pembina LSM GMBI dari tahun 2008-2018.
“Memang dulu aktif membina LSM GMBI, namun karena satu dan lain hal yang sudah tidak sesuai secara internal antara visi misi GMBI dengan saya, maka pada tahun 2018 saya sudah mengundurkan diri dari posisi Dewan Pembina LSM GMBI. Semenjak itu tidak pernah lagi satu kalipun ikut urusan ormas GMBI. Termasuk acara rapat maupun acara-acara silaturahmi internal,” imbuhnya.
Kemudian terkait dengan peristiwa demo yang berujung kericuhan dan anarkis di Mapolda Jawa Barat kemarin, Abah Anton merasa sangat prihatin dan menyayangkan aksi unjuk rasa tersebut berujung ricuh.
“Karena dulu semasa masih dibawah binaannya, apabila ada aksi yang diperkirakan akan berujung ricuh maka kita jajaran para pengambil keputusan di DPP, sepakat satu komando akan menarik mundur demi keselamatan bersama. Sekarang mungkin prosesnya tidak demikian, tidak saling mengingatkan,” ungkapnya.
Sementara prihal aksi-aksi perusakan, bahkan menghinakan lambang institusi seperti menaiki patung Macan Lodaya Hitam di Mapolda, mantan Kadiv Humas Polri ini menyampaikan, walaupun hanya sebuah patung tapi merupakan spirit dan kebanggan Anggota Polri di wilayah Jabar.
“Hal itu sangat Tidak Ethis, dan sudah merupakan tindak pelecehan terhadap lambang suatu institusi. Apabila akan diproses hukum silahkan jangan ragu-ragu, karena setiap perbuatan itu harus di pertanggungjawabkan,” ujarnya.
Saya tidak akan membela siapapun yang salah, sekalipun di comunitas yang sekarang masih aktiv saya bina, termasuk anggota GMBI, baik itu yang menghina lambang Institusi dan melakukan pengrusakan. Apalagi yang menggunakan narkoba sesuai hasil test urine pasca aksi, karena pengunaan Obat dan Narkoba sebetulnya merupakan Pantangan Keras masih tercatat di AD ART GMBI. tambahnya.
Menurut Abah Anton, dijamannya jangankan memakai Narkoba hanya ketahuan minum-minuman keras aja, bisa langsung dicabut Keanggotaanya.
“Saya hadir di GMBI saat itu, agar bisa menjadi wadah kader para pemuda pemudi yang Cinta Tanah air, Bersih dari Miras dan Narkoba serta mampu memperjuangkan Hak-hak masyarakat kecil yang teraniaya baik secara moril maupun materil,” paparnya.
Abah Anton sangat menyayangkan sekali tindakan-tindakan oknum ini, karena tidak selaras dengan slogan GMBI “NKRI HARGA MATI, MERAH PUTIH DIDADAKU”. Dengan adanya kejadian kemarin, merusak Aset Negara dan bahkan melawan Polisi sebagai Alat Negara, sama saja dengan melawan Negara, padahal salah satu misi GMBI Justru Jaga NKRI.
“Dulu turut mendidik disetiap pelatihan agar para anggota punya rasa soliditas yang tinggi, kompak, militan, pantang menyerah, berani dan tidak mengenal rasa takut. Tapi maap bukan untuk merusak dan melawan Aparat,” tandasnya.
Abah Anton menegaskan kepada pihak Polda Jabar tidak perlu ragu untuk bertindak terhadap siapapun, oknum anggota ormas mana pun yang bersalah. Apalagi yang bersangkutan sejak tahun 2018 sudah tidak lagi menjadi Dewan Pembina GMBI.
Sekali lagi saya tegaskan, sejak tahun 2018 yang lalu, saya bukan lagi sebagai Dewan Pembina GMBI. Silahkan di konfirmasi ke DPP GMBI, bukan saya mau menghindar dari tanggung jawab, tidak ada kamusnya Saya untuk bersikap demikian. Dulu ketika GMBI ada bentrok dengan FPI disudutkan sebagai Pembina, Saya Akui memang saat itu sebagai pembina tidak pernah saya ngeles atau menutup-tutupinya apapun juga Resikonya. Kalau saya bilang Ia sebagai Pembina, pasti saya akan meng Ia kanya, kalau Tidak, akan saya katakan Tidak.
“Namun apapun juga ceritranya, secara pribadi walaupun saya sudah berada diluar garis dan sudah bukan sebagai Anggota dan Pembina lagi, tapi pernah turut serta membentuk mewarnai kader-kader militan GMBI, dan kemudian sekarang terjadi penyimpangan yang cukup memprihatinkan, secara moril sebagai Pribadi dan Mantan Pembina, tidak ada salahnya saya sampaikan permohonan maap yang sebesar-besarnya kepada semua fihak, khususnya kepada Institusi Polri – Polda Jabar dimana dulu tempat saya mengabdi,” ungkapnya.
lanjut Abah Anton, jadikan peristiwa ini sebagai bahan intrispeksi diri khususnya bagi GMBI dan pelajaran untuk ormas-ormas lainya, agar tidak terulang kembali. pungkasnya.